Sabtu, September 08, 2012

Cerita Ibu Sugiami


Seminggu yang lalu, suasana pantai panjang masih ramai pengunjung. Hari terakhir warga menimati hari liburan. Senin menyambut esok hari. Puluhan pedagang kaki lima meninggalkan lokasi sore itu. Yang tersisa mayoritas pedagang yang bertempat tinggal tidak jauh dari hotel bidadari, pantai panjang, Bengkulu.


Danirati (50 thn) sibuk membersihkan sabuk kelapa yang bertebaran di sekitar lokasi jualannya. Kelapa muda menjadi minuman favorit yang disajikan buat pengunjung. Dari ujung ke ujung pantai panjang ratusan pedagang kaki lima menjajakan es kelapa muda disertai jagung bakar.

Sebuah lapak berbentuk gazebo dengan atap plastik bekas kutempati untuk beristirahat. Ibu Sugiami (55), saudara kandung Daniati membukakan teh botol buat diriku. rokok mentol kukeluarkan dari saku. Kami morokok bareng sambil bercengkrama.

Menurut Sugiami, untuk berdagang di pantai panjang harus meminta izin pada dinas pariwisata kota Bengkulu. Uang bulanan biasanya 200 ribu, kalau menjelang tahun baru biasanya lebih mahal lagi mencapai 500 ribu per lapak yang harus di bayarkan ke dinas pariwisata kota Bengkulu.

Pada masa liburan Idul Fitri seperti sekarang ini, pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya bukan hanya dari warga sekitar, melainkan banyak juga pendatang dari kabupaten lain dan bahkan dari pasar – pasar besar seperti pasar minggu dan pasar panorama. “Khusus untuk Idul Fitri ini, Dinas Pariwisata Kota Bengkulu tidak memungut bayaran sesen pun, karena Walikota sekarang akan mencalonkan diri menjadi Walikota Bengkulu kedepan” kata ibu Sugiami.

Pengunjung yang berwisata di kawasan ini dapat menikmati foto bersama bangunan tabot yang tlah disiapkan oleh tukang foto. Tiga buah dokar disiapkan warga setempat untuk mengantar pengunjung berkeliling pantai. Anak-anak diberi hiburan gajah dengan biaya sekali naik gajah sebesar 25 ribu rupiah.

Dalam menjalankan aktivitas sebagai pedagang kaki lima (PKL), Ibu Sugiarti kadang mendapatkan ketidakadilan dengan terjadinya penggusuran secara paksa oleh satpol PP. “Kalo umpanyo ada tamu yang mau datang, tempat jualan kami pasti dibongkar seperti kemarin menteri datang upacara di Pantai. Katanya kami menggangu keindahan” kata ibu sugiami.

Begitupun dengan Bantuan Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak pernah dirasakan sekalipun. Menurutnya “Bantuan P2KP dari pemerintah hanya mengutamakan pengurusnya saja. Tidak merata kebawah. Ada sejuta kemarin, tetapi bunganya tinggi sekali, harus dikembalikan 1 juta 800 ribu rupiah dalam setahun. Orang berebut, kami idak, karena dana utang”.

Pasca liburan idul fitri tlah usai, Ibu Sugiarti bersama keluarganya, mendapatkan pekerjaan tambahan dengan membersihkan sampah-sampah pengunjung dan pedagang kaki lima dari luar. Kalau tidak dibersihkan mendapatkan amarah dari Dinas Kebersihan Kota Bengkulu dan atau Satpol PP.

Trus, kutanya, apa yang dilakukan dinas kebersihan, bu ?. Ibu Sugiami mengatakan “Aduh, dinas kebersihan katanya bersih-bersih, sampai siko paling ngambil setumpuk. Terima gaji aja orang kebersihan dari kantor itu. Cuman namanya aja kerja bakti, sampah gak bersih, paling bakar sampah sekali. Udem”.

“Dinas kebersihan dan satpol pp Kota Bengkulu hanya taunya marah, tidak tau beri solusi” kata bu Sugiami,

“Untuk walikota terpilih kedepan baiknyo siapkan tempat sampah tiap 10 meter, pasti orang ngerti nantinya “buang sampah pada tempatnya”. Dan satu lokasi jualan disiapkan tempat sampah. Nanti mobil pengangkut sampah datang mengambilnya. Kan enak. Tidak harus capek-capek membersihkan lagi”. Kata Ibu Sugiami.

Terakhir, Ibu Sugiami mengatakan “ masa kita orang bodoh, orang biasa begini mengajar orang pintar, orang besa ”. saya hanya senyum tersipu mendengar kata-katanya, yang tidak percaya bahwa dirinya lebih pintar dari para calon walikota Bengkulu, dalam hal berdagang dan memikirkan sampah-sampah di Pantai.

Namun apa yang dikatakan Sugiami sebagai orang biasa masuk akal dan cocok untuk diterapkan demi menyelamatkan pantai panjang dari tumpukan sampah-sampah pengunjung dan pedagang kaki lima dari luar pasca hari libur, serta meminimalisir cerita belakang dinas kebersihan miskin ide dalam mengatasi sampah kota Bengkulu khusus di pantai panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar