Minggu, Agustus 19, 2012

Lebaran

Suasana Kota mulai sepi, Sebagian warga pulang kampung,Jalanan tak lagi macet seperti kemarin. Jarak satu kilometer harus ditempuh dengan waktu sejam. Antrian di Lampu merah sampai 30 menit. Perempatan jalan harus berhenti menunggu antrian mobil dan motor dari gang-gang. Polisi lalu lintas tak lagi berdiri dengan kecamata hitamnya.

Mall tetap dipenuhi pengunjung seperti biasanya. Tujuan pengunjung berbeda beda. Pengunjung sekedar untuk makan bersama keluarga, berbelanja di super market, berbelanja pakaian dan sekedar jalan-jalan. Mall menjadi tempat idaman keluarga untuk memenuhi hasrat jalan-jalan di tengah kota, pasar tradisional tak ada lagi yang efektif untuk dikunjungi, tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah kota.  Ruang terbuka tak ada lagi yang nyaman, kebanyakan ditutupi bangunan pencakar langit. Hanya mall yang tersisa sebagai ruang yang tepat untuk bersantai ria bersama keluarga.

PNS, Buruh Pabrik, Karyawan swasta sedang sibuk menghamburkan uang tunjangan hari raya dalam menyambut hari raya idul fitri. Pakaian, Makanan dan sebagainya bukan lagi sebagai kebutuhan tetapi hasrat memenuhi keinginan hidup yang serba wah, mewah, ya mewah. Orang kelas tengah keatas membenarkan kemewahan sebagai sesuatu yang biasa dalam hidup. 

Anggapan lain bahwa kemewahan terutama pakaian baru berasal dari Zaman kerajaan Banten berkuasa pada abad 16, Penghuni kerajaan rajin memberikan pakaian baru kepada rakyat. Yang tidak mampu membeli, dengan cara menjahit pakaian sendiri untuk dipakai pada hari raya idul fitri. Pakaian baru kemungkinan dianggap sebagai pakaian suci. Dalam perkembangannya menjadi tren bagi kalangan mampu untuk menjadikan ajang gaya – gayaan bahkan berlebihan. Seolah-olah sebagai pelampiasan balas dendam setelah menderita selama sebulan menjalankan ibadah puasa.

Suara pesawat siling berganti diatas atap rumah. Antrian pelabuhan merak menacapai 10 kilometer. Ribuan motor melalui jalur kalimalang-bekasi menuju kampung masing-masing. Seorang perempuan menghisap rokok dengan santai dengan pak sopir angkot. Menurut si perempuan, pulang kampung hanya berlaku bagi orang yang punya uang. Mesjid dibangun mewah-mewah hanya diisi satu dua saf saat shalat. Ruang yang tersisa diusulkan untuk dijadikan tempat nginap anak jalanan. Menolong sesama manusia lebih penting daripada bangunan mewah itu.

Lebaran adalah kemenangan bagi orang – orang yang berpunya. Zakat yang katanya mau menolong kaum fakir miskin sebagian hanya dijadikan alat politisasi elit berkuasa. Pesta makanan dan minuman dengan pakaian mewah sebagai ajang unjuk kekuatan dengan sanak saudara di Kampung. Silaturahmi hanya pelengkap yang penting kemenangan dirayakan dengan pesta – pesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar