Kamis, Maret 29, 2012

Celoteh Bapak Tua

Ilustrasi. sumber gambar : kaltengpos.web.id
Seorang bapak tua melangkah perlahan-lahan demi menghindari jalanan becek. Si Bapak singgah, setiap empat kali menarik nafas. Kedua tangannya memegang besi tua menuju tempat kapal berlabuh. Si Bapak sudah seharusnya beristirahat di rumah, menikmati indahnya dunia. Namun apa boleh buat, hidup sebagai pekerja informal harus bekerja sampai mati. Uang pensiunan dan jaminan hari tua tidak ada.

Dalam menjalankan aktivitas sebagai penjual air gerobak mengharuskan Si Bapak Tua berjalan kaki minimal empat kilometer setiap hari. Jarak sumber air bersih dari pasar tradisional kurang lebih satu kilometer. Penghasilan dua kali pulang balik kurang lebih dua puluh lima ribu rupiah.

Bapak tua pulang di rumah menyerahkan uang hasil keringat dua puluh ribu rupiah, untuk menghidupi seorang istri dan seorang anak yang akan memasuki sekolah menengah pertama (SMP). Lima ribu rupiah digunakan untuk kebutuhan makan siang di Pasar Tradisional, tempat menjajakan air bersih.


Uang hasil keringat dipakai beli beras yang harganya sudah melangit mencapai delapan ribu rupiah perliter. Sisanya digunakan untuk beli lauk seadanya dan uang jajan anak di sekolah serta tabungan dua ribu rupiah untuk masa depan anak kelak.

BBM mau naik, bu. Pendapatan kita tidak akan bertambah lagi. Harga air bersih yang ditawarkan ke pedagang dan jurangan kapal sudah cukup mahal. dua ribu rupiah per jerigen. Ketika harga dinaikkan, maka akan menjerat mereka. 

Kita. ya kita masih beruntung masih bisa menikmati air bersih harganya seribu rupiah per jerigen, seribu rupiah dari tenagaku tak terhitung. Jika dibandingkan dengan tetangga yang senasib dengan kita, mereka harus mengeluarkan biaya kurang lebih sepuluh ribu rupiah perhari untuk digunakan kebutuhan masak, mencuci pakaian dan mandi.

Air minum membuat kita berpikir ulang era sekarang ini. Ketika kita ingin memasak sendiri, bahan bakar kayu dan arang sudah berkurang dan kalaupun ada pasti harganya cukup tinggi. Kita mau memasak memakai minyak tanah atau gas, biayanya akan lebih mahal lagi. Jadi mau tidak mau kita ini diarahkan menggunakan air galon yang kebersihannya masih diragukan. Itupun belum menggunakan air galon yang bermerek yang harganya mencapai 7 ribu sampai 12 ribu rupiah perhari.

Jika BBM jadi dinaikkan minggu depan, kita harus bersiap untuk mengirit pengeluaran, karena pasti akan diikuti dengan kenaikan harga sembako. Kalau Ibu memasak beras kedepan, perbanyak air dan garam agar dapat menjadi bubur yang enak. Lauk pauk tidak perlu dipikirkan asalkan bisa makan beras dan minum air putih.

Anakmu yang ingin memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) baiknya ditunda dulu, karena pasti membutuhkan biaya lagi. Katanya ada biaya operasional sekolah untuk menolong orang biasa seperti kita. Nyatanya, tetangga kita mengeluhkan biaya pendidikan anaknya yang duduk di SMP tahun lalu. Pada awal masuk sekolah, anak tetangga kita membutuhkan biaya jutaan rupiah untuk pakaian seragam, uang komite dan uang praktek komputer dan berenang. Belum lagi biaya les yang diciptakan demi mendapatkan penghasilan tambahan.

Yang jelas anakmu harus tetap sehat walau hanya makan nasi dan garam kedepan. Jangan sampai terjadi seperti dulu. Anakmu masuk rumah sakit dengan mengandalkan jamkesda dan jamkesmas, eh, kita malahan dipersulit berobat dengan berbagai alasan. Suara anakmu meronta menjerit kesakitan, dan masih dianggap baik-baik saja oleh pihak rumah sakit. Kalau hanya permasalahan administrasi, sebenarnya bisa diurus belakangan, yang penting adalah pasien yang gawat harus diberi pertolongan pertama terlebih dahulu.

BBM dinaikkan dengan alasan APBN tidak mampu lagi digunakan untuk mensubsidi rakyat. APBN katanya akan jebol, bukankah APBN selama ini hanya disalahgunakan oleh koruptor untuk memperkaya diri dan partainya. Belum lagi utang Negara semakin hari semakin menumpuk, yang membuat negeri ini tersandera dan tidak bisa berbuat banyak. Para donor utang mengharapkan negeri kita membuka ruang sebebas bebasnya di bidang pertambangan, perkebunan dan pertanian. Negara mereka berkedok dibalik investasi. Sumber minyak berlimpah sudah dikelola oleh mereka, kemudian dibawa ke luar negeri untuk diolah, dan dikembalikan dengan harga mahal kepada rakyat biasa seperti kita. Ya, inilah penjajahan gaya baru di negeri kita.

Bapak sudah cukup tua. Ibu, Tolong kamu bisikkan anakmu setiap kali ingin tidur di malam hari, bahwa jangan pernah mengikuti jejak mahasiswa yang hanya sibuk mengurus diri sendiri tanpa peduli dengan kehidupan orang biasa seperti kita ini.

Bisikkan anakmu untuk tidak mengikuti jejak koruptor yang sibuk memperkaya diri dan partainya. Mereka hanya sibuk berwacana anti korupsi tanpa hasil yang jelas. Lembaga hukum dipermainkan semau maunya,  padahal hanya diberi mandat untuk memperjuangkan kesejahteraan orang biasa. Yang terjadi hanya menyengsarakan orang biasa seperti kita.

Bisikkan anakmu untuk mengusir asing yang mengeruk keuntungan sebesar-sebesarnya dari tanah air dengan mengorbankan orang bisa di sekitarnya dan orang biasa seperti kita. Kita membutuhkan kemerdekaan 100%, kemerdekaan yang sesungguhnya.