Kapitalisme Cina yang
diceritakan Ong Hok Ham dalam bukunya bahwa tujuan awal kedatangan Cina di
Indonesia untuk berdagang. Struktur ekonomi masyarakat orang cina terbentuk
setelah Kedatangan Orang Belanda di Batavia pada tahun 1619. Kehidupan orang
Cina pada waktu itu, berprofesi sebagai Tukang, Pedagang, Kuli, dan kotraktor. Dalam
struktur sosial orang Cina tergolong kelas menengah dan proletar.
Cina menjadi perantara Orang
Pribumi dengan VOC. Orang Cina bekerja sebagai
pedagang perantara dan tukang pajak seperti pajak tanah, pajak pasar dan pajak
gerbang.
Pada pada abad 17, VOC
membangun Benteng dan Gudang disepanjang pesisir utara Jawa seperti Semarang,
Cirebon dan sekitarnya. Saat hubungan Orang Cina dengan VOC semakin membaik,
Orang Cina membawa porselen, Kapas, sutra dan kapas dari Cina dan mengirim
rempah rempah ke Cina.
Onghokham menceritakan salah
seorang pengusaha Cina bernama Oei Tjie Sien yang dianggap berhasil pada masa
penjajahan Belanda. Dia tiba di Semarang pada tahun 1858. Dia seorang pedagang
barang pecah belah, Lima tahun kedatangannya di Hindia Belanda, sudah mampu
membentuk Kian Gwan dalam bentuk kongsi atau perusahaan yang terdaftar di
Pemerintah. Dia berusaha dengan dagang hasil bumi jawa seperti beras, gambir
dan wangi wangian. Dalam menjalankan usahanya, Dia membangun jaringan luar
negeri di Asia Tenggara.
Semarang sudah mulai
berkembang sebagai pusat perdagangan dibandingkan Batavia pada waktu itu.
Komunitas Cina juga sudah membesar sehingga membuat kapitan sendiri. Pada tahun
1864 dibangunlah jalur kareta api pertama antara Semarang – Surakarta untuk
mempermudah hubungan daerah semarang dengan Pedalaman.
Usaha Oei Tjie Sien semakin
meningkat ketika Perusahaan diambil alih oleh anaknya Oie Tiong Ham pada tahun
1880. Oei Tiong Ham memulai usahanya sebagai pedagang Gula. Keberhasilannya
menjual Gula sehingga membangun lima buah pabrik gula dan memodernisasi dengan
memasang mesin baru.
Oei Tjie memperluas usaha
dengan membeli izin penjualan candu di Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan
Surakarta. Selama sepuluh tahun, Oei mendapatkan keuntungan sebesar 18 juta
Golden.
Kemudian memperluas lagi
usahanya dengan berdagang kapuk, randu, karet, tepioka dan teh. Teknik dagang
Oei selalu berhasil karena ditopang oleh lobi-lobi dengan orang terkenal dan
sejahtera seperti penguasa kebun teh di Malang.
Pada tahun 1910, kenaikan
harga gula akibat perang dunia pertama membuat usaha Oei semakin meningkat
dengan membuka kantor cabang di London. Oei Tiong Ham mendapat julukan dari orang
Inggeris sebagai Raja Gula dari Jawa. Oei Tiong Ham sangat terkenal sebagai
konglomerat di Asia Tenggara.
Dari usaha Oei Tjie Sien
membuat orang cina dikenal sebagai pebisnis ulung bahkan sampai sekarang, Dari
200 orang daftar orang kaya seluruh Indonesia, terdapat 50% orang Cina.
Dalam perkembangan kehidupan
orang Cina di Indonesia tentu tidak semuanya Kaya. Hal demikian dapat dilihat
di Pontianak sekarang. Cina berprofesi sebagai sebagai Petani, Tukang Kayu,
Pedagang Kecil, Pelacur, Pengemis, dan sebagainya.
Judul buku :
Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina
Pengarang : ONG HOK HAM
Halaman : xii + 204
Ukuran : 14 x 21 cm
Penerbit : Komunitas Bambu, 2008
Pengarang : ONG HOK HAM
Halaman : xii + 204
Ukuran : 14 x 21 cm
Penerbit : Komunitas Bambu, 2008