Seminggu yang lalu, suasana pantai
panjang masih ramai pengunjung. Hari terakhir warga menimati hari liburan. Senin
menyambut esok hari. Puluhan pedagang kaki lima meninggalkan lokasi sore itu. Yang
tersisa mayoritas pedagang yang bertempat tinggal tidak jauh dari hotel
bidadari, pantai panjang, Bengkulu.
Danirati (50 thn) sibuk membersihkan
sabuk kelapa yang bertebaran di sekitar lokasi jualannya. Kelapa muda menjadi
minuman favorit yang disajikan buat pengunjung. Dari ujung ke ujung pantai
panjang ratusan pedagang kaki lima menjajakan es kelapa muda disertai jagung
bakar.
Sebuah lapak berbentuk gazebo dengan
atap plastik bekas kutempati untuk beristirahat. Ibu Sugiami (55), saudara
kandung Daniati membukakan teh botol buat diriku. rokok mentol kukeluarkan dari
saku. Kami morokok bareng sambil bercengkrama.
Menurut Sugiami, untuk berdagang di pantai
panjang harus meminta izin pada dinas pariwisata kota Bengkulu. Uang bulanan
biasanya 200 ribu, kalau menjelang tahun baru biasanya lebih mahal lagi
mencapai 500 ribu per lapak yang harus di bayarkan ke dinas pariwisata kota Bengkulu.
Pada masa liburan Idul Fitri seperti
sekarang ini, pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya bukan hanya dari
warga sekitar, melainkan banyak juga pendatang dari kabupaten lain dan bahkan
dari pasar – pasar besar seperti pasar minggu dan pasar panorama. “Khusus untuk
Idul Fitri ini, Dinas Pariwisata Kota Bengkulu tidak memungut bayaran sesen
pun, karena Walikota sekarang akan mencalonkan diri menjadi Walikota Bengkulu
kedepan” kata ibu Sugiami.
Pengunjung yang berwisata di kawasan
ini dapat menikmati foto bersama bangunan tabot yang tlah disiapkan oleh tukang
foto. Tiga buah dokar disiapkan warga setempat untuk mengantar pengunjung
berkeliling pantai. Anak-anak diberi hiburan gajah dengan biaya sekali naik
gajah sebesar 25 ribu rupiah.
Dalam menjalankan aktivitas sebagai
pedagang kaki lima (PKL), Ibu Sugiarti kadang mendapatkan ketidakadilan dengan
terjadinya penggusuran secara paksa oleh satpol PP. “Kalo umpanyo ada tamu yang
mau datang, tempat jualan kami pasti dibongkar seperti kemarin menteri datang
upacara di Pantai. Katanya kami menggangu keindahan” kata ibu sugiami.
Begitupun dengan Bantuan Usaha Kecil Menengah
(UKM) tidak pernah dirasakan sekalipun. Menurutnya “Bantuan P2KP dari
pemerintah hanya mengutamakan pengurusnya saja. Tidak merata kebawah. Ada sejuta
kemarin, tetapi bunganya tinggi sekali, harus dikembalikan 1 juta 800 ribu
rupiah dalam setahun. Orang berebut, kami idak, karena dana utang”.
Pasca liburan idul fitri tlah usai,
Ibu Sugiarti bersama keluarganya, mendapatkan pekerjaan tambahan dengan
membersihkan sampah-sampah pengunjung dan pedagang kaki lima dari luar. Kalau
tidak dibersihkan mendapatkan amarah dari Dinas Kebersihan Kota Bengkulu dan
atau Satpol PP.
Trus, kutanya, apa yang dilakukan dinas
kebersihan, bu ?. Ibu Sugiami mengatakan “Aduh, dinas kebersihan katanya
bersih-bersih, sampai siko paling ngambil setumpuk. Terima gaji aja orang
kebersihan dari kantor itu. Cuman namanya aja kerja bakti, sampah gak bersih,
paling bakar sampah sekali. Udem”.
“Dinas kebersihan dan satpol pp Kota Bengkulu
hanya taunya marah, tidak tau beri solusi” kata bu Sugiami,
“Untuk walikota terpilih kedepan
baiknyo siapkan tempat sampah tiap 10 meter, pasti orang ngerti nantinya “buang
sampah pada tempatnya”. Dan satu lokasi jualan disiapkan tempat sampah. Nanti mobil
pengangkut sampah datang mengambilnya. Kan enak. Tidak harus capek-capek
membersihkan lagi”. Kata Ibu Sugiami.
Terakhir, Ibu Sugiami mengatakan “
masa kita orang bodoh, orang biasa begini mengajar orang pintar, orang besa ”.
saya hanya senyum tersipu mendengar kata-katanya, yang tidak percaya bahwa
dirinya lebih pintar dari para calon walikota Bengkulu, dalam hal berdagang dan
memikirkan sampah-sampah di Pantai.
Namun apa yang dikatakan Sugiami
sebagai orang biasa masuk akal dan cocok untuk diterapkan demi menyelamatkan
pantai panjang dari tumpukan sampah-sampah pengunjung dan pedagang kaki lima
dari luar pasca hari libur, serta meminimalisir cerita belakang dinas
kebersihan miskin ide dalam mengatasi sampah kota Bengkulu khusus di pantai
panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar