Suasana Kota mulai
sepi, Sebagian warga pulang kampung,Jalanan tak lagi macet seperti kemarin. Jarak satu kilometer harus ditempuh dengan waktu sejam. Antrian di
Lampu merah sampai 30 menit. Perempatan jalan harus berhenti menunggu antrian
mobil dan motor dari gang-gang. Polisi lalu lintas tak lagi berdiri dengan
kecamata hitamnya.
Mall tetap dipenuhi
pengunjung seperti biasanya. Tujuan pengunjung berbeda beda. Pengunjung sekedar
untuk makan bersama keluarga, berbelanja di super market, berbelanja pakaian dan sekedar jalan-jalan.
Mall menjadi tempat idaman keluarga untuk memenuhi hasrat jalan-jalan di tengah
kota, pasar tradisional tak ada lagi yang efektif untuk dikunjungi, tidak
pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah kota. Ruang terbuka tak ada lagi yang nyaman,
kebanyakan ditutupi bangunan pencakar langit. Hanya mall yang tersisa sebagai ruang
yang tepat untuk bersantai ria bersama keluarga.
PNS, Buruh Pabrik,
Karyawan swasta sedang sibuk menghamburkan uang tunjangan hari raya dalam
menyambut hari raya idul fitri. Pakaian, Makanan dan sebagainya bukan lagi
sebagai kebutuhan tetapi hasrat memenuhi keinginan hidup yang serba wah, mewah,
ya mewah. Orang kelas tengah keatas membenarkan kemewahan sebagai sesuatu yang
biasa dalam hidup.
Anggapan lain bahwa
kemewahan terutama pakaian baru berasal dari Zaman kerajaan Banten berkuasa
pada abad 16, Penghuni kerajaan rajin memberikan pakaian baru kepada rakyat. Yang
tidak mampu membeli, dengan cara menjahit pakaian sendiri untuk dipakai pada
hari raya idul fitri. Pakaian baru kemungkinan dianggap sebagai pakaian suci.
Dalam perkembangannya menjadi tren bagi kalangan mampu untuk menjadikan ajang
gaya – gayaan bahkan berlebihan. Seolah-olah sebagai pelampiasan balas dendam
setelah menderita selama sebulan menjalankan ibadah puasa.
Suara pesawat siling
berganti diatas atap rumah. Antrian pelabuhan merak menacapai 10 kilometer.
Ribuan motor melalui jalur kalimalang-bekasi menuju kampung masing-masing.
Seorang perempuan menghisap rokok dengan santai dengan pak sopir angkot.
Menurut si perempuan, pulang kampung hanya berlaku bagi orang yang punya uang.
Mesjid dibangun mewah-mewah hanya diisi satu dua saf saat shalat. Ruang yang tersisa
diusulkan untuk dijadikan tempat nginap anak jalanan. Menolong sesama manusia lebih
penting daripada bangunan mewah itu.
Lebaran adalah
kemenangan bagi orang – orang yang berpunya. Zakat yang katanya mau menolong kaum
fakir miskin sebagian hanya dijadikan alat politisasi elit berkuasa. Pesta
makanan dan minuman dengan pakaian mewah sebagai ajang unjuk kekuatan dengan
sanak saudara di Kampung. Silaturahmi hanya pelengkap yang penting kemenangan
dirayakan dengan pesta – pesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar